Senin, 09 Desember 2013


SISTEM VISUAL

PENDAHULUAN

Mata merupakan salah satu organ paling penting sekaligus paling sensitif yang berada pada tubuh manusia. Mata manusia mampu menangkap gelombang cahaya elektromagnetik yang besarannya sekitar 400-700 nanometer[1]. Mata manusia mempunyai struktur dan sistem kerja yang cukup rumit. Maka dari itu kami disini mencoba menjelaskan beberapa bagian-bagian dari struktur mata dan juga beberapa sistem kerjanya dan juga kami akan menunjukkan sedikit tentang ilusi visual yang dihadapi oleh manusia. Termasuk ada penyakit mata khusus yang berhubungan kinerja seseorang terutama dalam mengenali objek.

SISTEM KERJA MATA DALAM MENANGKAP CAHAYA ATAU OBJEK
1.      Pupil dan Lensa Mata
Cahaya masuk kedalam melalui pupil (merupakan lubang pada iris), besar-kecilnya ukuran pupil saat menangkap perubahan suatu cahaya ditentukan oleh dua level yaitu dari sensitivitas (kemampuan untuk mendeteksi keberadaan suatu objek dalam keadaan cahaya yang minim/remang-remang) dan ketajaman (kemampuan untuk melihat suatu objek secara detail). Ketika pupil mengerut atau mengecil, maka bayangan benda yang jatuh pada retina akan lebih tajam namun ketika pada saat pencahayan berkurang maka pupil akan membuka lebih lebar untuk membiarkan cahaya lebih banyak masuk tetapi akan mengurangi ketajaman dan kedalam fokus benda tersebut. Daniel Kahneman juga pernah mengulas tentang proses kerja pupil yang berhubungan dengan konsentrasi seseorang, pupil biasanya melebar dan detak jantung akan menurun pada saat seseorang sedang berkonsentrasi atau memiliki atensi yang tinggi pada suatu pekerjaan atau objek[2]. Dibelakang pupil ada lensa mata yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang akan ditangkap oleh retina, dan bagian yang mengontrol lensa mata ini disebut dengan otot-otot siliari (ciliary muscles)[3] (untuk penjelasan pada sub pupil dan lensa lihat gambar di bawah). Otot-otot siliari ini berfungsi untuk mengontrol lensa mata. Ketika kita melihat sebuah objek yang dekat maka otot-otot ciliary akan berkontraksi dan lensa mata akan berbentuk silindris. Namun ketika kita melihat suatu objek yang jauh maka otot-otot ciliary akan rileks dan lensa mata akan berbentuk agak mendatar. Untuk proses konfigurasi dari lensa mata untuk membawa sebuah objek menjadi fokus di retina mata disebut dengan akomodasi (accomodation). Sedangkan istilah Binocular disparity adalah perbedaan dalam posisi dari sebuah objek yang ditangkap dalam dua retina, untuk objek yang jaraknya lebih dekat akan terlihat lebih besar daripada objek yang sama dengan jarak yang lebih jauh, maka sistem visual manusia dapat menggunakan binocular disparity untuk mengkonstruksikan persepsi suatu objek 3D dari dua objek 2D yang ada di retina.[4].
GAMBAR 1


2.      Retina & perubahan cahaya menjadi sinyal-sinyal neural[5]
Secara struktur retina mempunyai lapisan-lapisan sebagai berikut yaitu dua receptor (Rod & Cone), horizontal cells, bipolar cells, amacrine cells dan retinal ganglion cells. Sebelum kepada penjelasan yang lebih lanjut kami akan menjelaskan masing-masing fungsi dari struktur yang ada pada retina terlebih dahulu. Reseptor Rod & Cone merupakan sel-sel yang yang dispesialisasikan untuk menerima sinyal-sinyal mekanik, kimiawi atau radian (pemancar panas) yang ada disekeliling kita. Sel-sel Amacrine dan Sel-sel Horizontal dispesialisasikan untuk komunikasi lateral (yang dimaksudkan komunikasi lateral adalah komunikasi yang melewati channel-channel utama sensori input). Bipolar Cells adalah sel-sel yang berada di bagian tengah retina. Retinal ganglion cells merupakan lapisan neuron di dalam retina yang memiliki serabut-serabut saraf yang bertolak pada bola mata. Sistem kerja struktur ini pada saat cahaya datang yakni sebagai berikut : cahaya diterima cone reseptor dan rod reseptor setelah melewati 4 lapisan terdahulu yaitu Retinal ganglion cells, Amacrine Cells, Bipolar Cells dan Horizontal Cells. Kemudian saat reseptor telah teraktifasi, pesan neural ditranslasikan balik melewati lapisan-lapisan retinal kepada sel-sel ganglion retinal, yang akson-aksonnya berproyeksi disekujur bagian dalam retina sebelum berkumpul dalam bentuk bundel dan keluar meninggalkan bola mata (lihat gambar 2 di bawah untuk penjelasan struktur retina). Susunan terbalik ini menciptakan dua masalah visual yaitu, yang pertama cahaya datang terdistorsi oleh jaringan retinal yang harus dilaluinya sebelum mencapai reseptor. Masalah yang kedua adalah agar bundel akson-akson sel ganglion retinal meninggalkan mata harus ada sebuah celah di lapisan reseptor, celah itu dinamakan blind spot[6].

GAMBAR 2
Masalah pertama diminimalisir oleh fovea. Fovea adalah lekukan atau cekungan sebesar 0.33 mm yang berada di tengah retina, dan area tersebut dikhususkan untuk penglihatan akuitas tinggi (untuk melihat gambar dengan detail halus). Tipisnya lapisan sel ganglion retinal di fovea mengurangi distorsi cahaya yang masuk. Titik buta (blind spot) merupakan masalah yang kedua yang tercipta oleh struktur terbalik retina, membutuhkan solusi yang lebih kreatif, yang lebih diilustrasikan dalam demonstrasi berikut ini yaitu completion (komplesi/perlengkapan). Sistem visual menggunakan informasi yang diberikan oleh reseptor-reseptor di sekitar titik buta untuk memenuhi celah dalam gambar retinal anda. Ketika sistem visual mendeteksi sebuah garis lurus masuk ke salah satu sisi titik buta dan garis lurus lain meninggalkan sisi yang lainnya, ia akan memenuhi bagian yang hilang untuk anda, dan yang anda lihat adalah sebuah garis lurus, terlepas dari bagaimana keadaan yang sesungguhnya ada.

Penglihatan Cone & Rod[7]
Khusus untuk bagian ini, spesies yang hanya aktif di malam hari cenderung memiliki retina berbentuk batang (rod receptor) saja, untuk spesies yang aktif pada siang hari saja kecenderungan memiliki retina berbentuk kerucut saja (cone receptor), sedangkan untuk manusia memiliki keduanya. Ada dua reseptor utama yang terdapat pada retina, ada reseptor yang berbentuk cone atau kerucut dan reseptor berbentuk batang yang disebut rod (lihat gambar dibawah ini). Dari observasi mengenai ini dengan munculnya duplexity theory (teori dupleksitas) penglihatan – teori bahwa cones dan rods memediasi jenis-jenis penglihatan yang berbeda. Photopic vision (penglihatan-fotopik adalah penglihatan yang didominasi oleh reseptor cones) dalam iluminasi (keadaan pencahayaan) yang baik dan memberikan persepsi berwarna dengan akuitas tinggi (sangat detail) tentang dunia.

GAMBAR 3
Dalam pencahayaan yang redup, tidak ada cukup cahaya untuk membangkitkan reseptor bentuk-kerucut (cones) secara reliabel dan scotopic vision (penglihatan yang dimediasi oleh reseptor untuk batang (rod)-lah yang mendominasi. Akan tetapi sensitivitas penglihatan skotopik tidak tercapai tanpa “pengorbanan” : Penglihatan skotopik kehilangan detail  gambar maupun warna dari penglihatan fotopik, jadi objek yang dilihat menjadi kabur atau tidak jelas.


Gerakan Mata[8]
Di dalam fungsi organ tubuh manusia, mata merupakan salah satu organ yang sistem kerjanya paling aktif dibandingkan dengan organ-organ yang lain. Integrasi temporal adalah sistem kerja mata dalam memindai medan visual secara terus-menerus dan persepsi visual kita merupakan hasil akumulasi dari informasi-informasi visual termutakhir atau terbaru, contohnya adalah ketika kita mencoba mengedipkan mata kita berkali-kali dan persepsi visual kita tidak lenyap.

Transduksi Visual : Konversi Cahaya menjadi Sinyal-Sinyal Neural[9]
Definisi Transduksi adalah konversi sebuah bentuk energi kedalam bentuk lain. Sedangkan, Transduksi visual adalah konversi cahaya menjadi sinyal-sinyal neural oleh reseptor-reseptor visual. Dalam sebuah penelitian pada tahun 1876, saat pigment (pigmen adalah substansi yang menyerap cahaya) merah diekstraksi dari retina kodok, terutama pada bagian reseptor rod. Pigmen ini memiliki sebuah properti yang aneh, ketika ia disinari oleh cahaya secara intensif, pigmen tersebut akan kehilangan warnanya dan rod kehilangan kemampuannya untuk menyerap cahaya tetapi ketika dikembalikan ke kegelapan, rod mendapatkan kembali warna merah dan kapasitasnya untuk menyerap cahaya. Yang penting untuk diingat adalah, transduksi cahaya oleh rod yaitu sinyal-sinyal ditransmisikan melalui sistem-sistem neural oleh adanya hambatan.

3.      Dari Retina ke Korteks Visual Primer[10]
Jalur utama dari retina menuju ke otak adalah jalur retina-geniculate-striate, yang mengonduksi sinyal dari masing-masing retina ke korteks visual primer. Yang menjadi korteks visual primer adalah striate, dan melalui lateral geniculate nuclei latamus. Lateral geniculate nucleus (nuklei genikulat lateral) merupakan pembawa informasi visual utama dari retina ke otak[11]. Visual korteks primer sendiri berada di bagian lobus occipital. Sekitar 90% akson sel-sel ganglion retinal menjadi bagian jalur-jalur retina-genikulat-striat. Untuk sistem kerjanya sendiri, semua sinyal dari medan visual kiri mencapai korteks visual primer kanan, melalui hemiretina temporal atau hemiretina nasal secara kontralateral (melalui optic chiasm). Setiap nukleus genikulat lateral memiliki enam lapisan dan masing-masing lapisan di setiap nukleus menerima input dari semua bagian visual kontralateral dari salah satu mata (Lihat gambar 4 untuk penjelasan).

GAMBAR 4

Organisasi Retinotopik[12]
Sistem retina-genikulat-striat bersifat retinotopic, definisi dari Retinotopic sendiri adalah pemetaan sebuah input visual dari retina ke neuron-neuron, khususnya neuron yang mengalirkan berkas-berkas cahaya visual[13].
Saluran M dan P[14]
Terdapat 2 saluran komunikasi paralel yang mengalir melalui masing-masing nukleus genikulat lateral yaitu : Parvocellular Layer & Magnocellular Layer (seringkali disebut sebagai lapisan P & M). Neuron-neuron Parvocellular Layer terutama responsif terhadap detail-detail halus dan terhadap objek yang stasioner atau bergerak lambat. Sebaliknya neuron-neuron magnoseluler layer terutama responsif terhadap gerakan. Reseptor cone memberikan mayoritas input ke lapisan-lapisan P, sementara reseptor rod memberikan mayoritas input ke lapisan-lapisan M.
4.      Melihat Batas[15]
Dalam pengertian tertentu Visual Edge itu tidak ada, visual edge hanya merupakan tempat dua daerah yang berbeda dari sebuah gambar visual bertemu satu sama lainnya. Dalam sistem visual, artian melihat batas ini lebih ditekankan kepada persepsi seseorang dalam melihat tingkat kecerahan (gelap-terang). Di bawah ini ada sebuah contoh ilusi visual yang dikenal dengan sebutan grid illusion yang kami anggap mewakili sub visual edge ini.

GAMBAR 5

Untuk penjelasan mengenai, mengapa ilusi visual seperti ini dapat terjadi pada manusia, mungkin Ibu Rizki yang bisa membantu. Karena kami tidak menemukan penyebabnya.

Medan Reseptif[16]
Medan Reseptif adalah daerah medan visual yang ada kemungkinannya bagi sebuah stimulus visual untuk memengaruhi penembakan neuron.

5.      Melihat Warna[17]
Warna adalah salah satu kualitas paling kasat mata dari pengalaman visual manusia. Thomas Young dan Wilhelm von Helmholtz mengajukan komponen teori atau trikomatik teori yang menyatakan bahwa ada tiga macam reseptor (cone/kerucut) warna yang berbeda yaitu merah, hijau dan biru, masing-masing dengan sensitivitas spektral yang berbeda dan sebuah stimulus diduga dikode oleh rasio antara aktivitas ketiga macam reseptor ini. Teori penglihatan warna lainnya adalah opponent-process theory (teori proses-oponen) diusulkan oleh Edward Hering pada 1878. Ia mengatakan bahwa ada dua golongan sel yang berbeda dalam sistem visual untuk mengode warna dan sebuah golongan kelas lain untuk mengode brightness (tingkat kecerahan). Hering memiliki hipotesis bahwa masing-masing golongan sel mengode dua persepsi warna komplementer. Complementary Colors (warna komplementer) adalah pasangan warna yang menghasilkan warna putih atau abu-abu bila dikombinasikan dengan ukuran yang sama. Teori Retineks menyatakan bahwa warna sebuah objek ditentukan oleh reflectance (pantulan) – berapa besar proporsi cahaya dengan panjang-gelombang yang berbeda yang dipantulkan oleh sebuah permukaan. Prestriate Cortex adalah berkas jaringan dalam lobus oksipital yang mengelilingi korteks visual primer. Korteks Inferotemporal adalah korteks lobus temporal inferior berada pada posisi warna yang hijau sedangkan Korteks Parietal Posterior berada pada bagian kuning. Kedua korteks ini mempunyai fungsinya sebagai salah satu path atau jalur yang dilalui oleh arus dorsal dan arus ventral yang akan dijelaskan di bawah.

GAMBAR 6

Kerusakan pada Korteks Visual Primer : Skotoma dan Hemianopsic[18]
Kerusakan pada sebuah korteks visual primer menghasilkan Skotoma yaitu daerah kebutaan di daerah yang berhubungan dengan medan visual kontralateral pada kedua belah mata, walaupun dikategorikan pada tingkat kebutaan namun sebenarnya problem utamanya lebih kepada tingkat ketidakmampuan mata menangkap objek visual dengan ketajaman yang sempurna. Contoh gambar penglihatan seseorang yang menderita skotoma :

GAMBAR 7
Sedangkan, Hemianopsic adalah sejenis penyakit skotoma namun, efeknya terhadap penglihatan lebih besar, seseorang yang menderita hemianopsic kehilangan sampai separuh medan visualnya bisa terjadi pada salah satu mata atau keduanya. Contoh gangguan hemianopsic ada di bawah ini :

GAMBAR 8

Arus Dorsal dan Arus Ventral[19]
Seperti yang sudah anda ketahui bahwa informasi memasuki korteks visual primer melalui nuklei genikulat lateral. Arus Dorsal mengalir dari korteks visual primer ke korteks prestriat dorsal lalu ke korteks parietal posterior, sedangkan arus ventral mengalir dari korteks visual primer ke korteks prestiat ventral lalu ke korteks inferotemporal. Kebanyakan neuron-neuron dari korteks visual dalam arus dorsal membawa informasi stimuli spasial, seperti stimuli yang mengindikasikan lokasi dari suatu objek dan arah gerakannya. Sebaliknya neuron-neuron dalam arus ventral lebih merespons karakteristiknya dari suatu objek misalnya yang berhubungan dengan arah dan bentuk.
GAMBAR 9, tanda panah ke bawah menunjukkan arus ventral sedangkan tanda panah keatas menunjukkan arus dorsal.
            Kaitan utama dari arus dorsal terhadap suatu perilaku adalah mengarahkan interaksi behavioral dengan berbagai objek, sedangkan arus ventral adalah untuk memediasi persepsi yang disadari terhadap berbagai objek, hal inilah yang disebut “teori kontrol perilaku vs persepsi yang disadari”. Para peneliti mengatakan bahwa pasien-pasien dengan kerusakan arus dorsal mungkin menunjukkan kinerja yang buruk pada tes-tes lokasi dan gerakan karena kebanyakan tes lokasi dan gerakan melibatkan ukuran-ukuran performa (contoh : pasien tidak dapat memegang objek neural seperti silinder plastik dengan baik, jadi pasien memegang objek tersebut dengan cara yang tidak biasa pada kebanyakan orang) dan untuk pasien yang menderita gangguan arus ventral mungkin menunjukkan hasil yang buruk pada tes rekognisi visual karena kebanyakan tes tersebut melibatkan kesadaran verbal (contoh : pasien tidak bisa membedakan sepasang balok ataupun kubus dengan ukuran yang sama atau berbeda).















DAFTAR PUSTAKA
Kahneman, Daniel (1973), Attention & Effort, New Jersey, Englewood Cliffs : Prentice Hall Inc.
Pinel, John P.J. (2000), Biopsychology 4th edition, Pearson Education Co.
Pinel, John P.J.  (2009), Biopsikologi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar


[1] John P.J. Pinel, Biopsychology 4th edition hal. 161, Pearson Education Co. (2000) didownload dari www.en.bookfi.org
[2] Daniel Kahneman, Attention & Effort hal. 30, New Jersey, Englewood Cliffs : Prentice Hall Inc. (1973), hal ini bisa dicoba ketika anda melakukan perkalian 17 x 36 di depan sebuah cermin tanpa menggunakan alat bantu hitung apapun dan perhatikan pupil mata anda pada saat menghitungnya diluar kepala.
[3] John P.J. Pinel, op.cit. hal. 161
[4] Ibid., hal. 163
[5] John P.J. Pinel, Biopsikologi hal. 166, Yogyakarta : Pustaka Pelajar (2009)
[6] Ibid., hal. 167
[7] Ibid., hal. 168-169
[8] Ibid., hal. 171
[9] Ibid., hal. 172
[10] Ibid., hal. 173
[12] Ibid., hal. 173
[14] Ibid., hal. 174
[15] Ibid., hal. 175
[16] Ibid., hal. 177
[17] Ibid., hal. 183-187
[18] Ibid., hal. 189
[19] Ibid., hal. 191-192

Rabu, 04 Desember 2013

Berkenalan dengan aliran Psikoanalisa


PSIKOANALISA
Franz Anton Mesmer 91743-18150; Sarjana berbangsa jerman yang di lahirkan di Iznang pada tanggal 23 mei 1734 dan meninggal pada tanggal 5 Agustus 1815 di  Meersburg, ini memang bukanlah tokoh psikoanalisa, karena pada masa hidupnya aliran itu belum lagi ada, tetapi peranannya dan pengaruhnya terhadaplahirnya psikoanalisa di kemudian hari tidak kecil artinya. Ia sesungguhnya menemukan teknik hipnotisme sebagai tekhnik penyembuhan orang sakit, tetapi waktu itu tekniknya belum lagi disebut hipnotisme, melainkan mesmerisme. Mesmerisme waktu itu dianggap sebagai ilmu semu, karena teori yang mendasarinya tidaklah cukup meyakinkan bila ditinjau dari sudut ilmu murni. Dalam teorinya tentang “ animal magnetism”, Mesmer mengatakan bahwa dalam dirinya terdapat  curative power of magnetic iron” ( daya penyembuh magnetis )yang timbul dari semacam cairan yang terdapat dalam dirinya yang dapat disalurkan nya keluar melalui sebatang besi berani (magnit) dan diteruskan kepada pasien yang membutuhkan pengobatan. Sebagai seorang dokter, Mesmer berniat sekali pada teknik terapi yang berbau mistik ini, karena di samping ilmu kedokterannya Mesmer juga mempelajari teologi (ilmu ketuhanan).
Jean Martin Charcot (1825-1893): Tokoh yang tidak kurang pentinnya dalam menumbuhkan aliran psikoanalisa kelak adalah Jean Martin Charcot. Ia adalah se orang prancis yang lahir dan meninggal di Paris. Tanggal lahirnya adalah 29 November 1825, sedangkan meninggalnya pada tanggal 16 Agustus 1893. Ia menjadi dokter pada tahun 1853 dan menjadi dokter rumah sakit Paris, dan pada tahun 1873 menjadi professor di Akademika Kedokteran di Paris.
Sebagai seorang dokter ia mengambangkan teknik hipnose dan sugesti mental untuk menyembuhkan pasien – pasien psikoneurotis, khususnya penderita hysteria. Histeria adalah suatu gangguan emosi yang demikian kuatnya sehingga memblokir atau menghalangi berfungsinya salah satu anggota tubuh, sekalipun tidak ada gangguan organis. Gangguan ini umumnya terdapat pada wanita (asal kata hysteria adalah “uterus” atau rahim, dan gejalanya misalnya adalah buta lumpuh. Gangguan ini sering kali di sebabkan oleh suatu peristiwa yang pernah di alami pasien yang bersangkutan dan peristiwa itu sangat menggoncangkan jiwa pasien tersebut. Sebagai usaha untuk “melupakan” peristiwa yang menggoncangkan jiwa tersebut, pasien lalu”melumpuhkan” salah satu anggota badannya.
Dengan teknik hipnose, Charcot menurunkan ambang kesadaran pasien, sehingga peristiwa yang mengoncangkan, yang menjadi penyebab gangguan emosi itu, yang selama ini di hindari oleh kesadaran dan ditekan ke dalam ketidaksadaran, di timbulkan kembali kea lam kesadaran. Dengan munculnya kembali factor penyebab itu kealam kesadaran, maka pasien akan sembuh dari penyakitnya.
Sebagai guru besar, Charcot mengajarkan teknik terapinya ini kepada mahasiswa – mahasiswanya, termasuk diantaranya pada waktu Sigmund Freud(1856-1939) yang kelak akan menjadi pendiri aliran Psikoanalisa.
Pierre Janet (1859-1947): Lahir di Prancis tanggal 30 mei 1859, meninggal dunia di kota yang sama tanggal 24 februari 1947. Ia belajar filsafat dan ilmu kedokteran di Universitas Paris; pada tahun 1889 ia mendapat gelar doctor dalam filsafat dengan tesisnya tentang “Psikologi dari Aktivitas Otomatis”. Pada tahun 1890 ia ditunjuk oleh Charcot menjadi direktur laboratorium psikologi di Salpetriere. Pada tahun 1892 ia mendapat gelar doctor kembali,kali ini dalam bidang kedokteran dengan tesis tentang “Keadaan Mental pada Histeria” di mana ia mencoba untuk menggolong golongkan secara sistematis berbagai jenis hysteria dan mencari hubungan antara simtom-simtom hysteria dengan teori teori psikologi. Ia mengajar pada Universitas Sorbonne dari 1895-1902 dan kemudian menggantikan kedudukan Ribot sebagai ketua Psikologi pada College de France sampai ia pension pada 1936. Sejak 1904 Janet menerbitkan dan mengedit Journal de psychologie normale et pathologique sampai tahun 1937.
 
Janet berpendirian bahwa studi yang ilmiah dari psikologi hanya dapat dilaksanakan bila semua proses mental di terjemahkan sebagai tingkah laku. Ini adalah Behaviorisme ala Janet. Ia termasuk orang yang menekankan sifat dinamis dan kesatuan dari gejala – gejala psikologis.
 
Sekalipun Janet punya pendapat pendapat yang serupa dengan Freud, tetapi hubungan antara kedua orangini kurang baik. Anatara lain hal ini disebabkan karena Janet berpaendapat bahwa teori psikoanalisa dari freud sebenarnya adalah pada teori Charcot dan teorinya sendiri.
 
Janet mempunyai suatu teori tentang keperibadian yang di sebut teori strata. Menurut teori strata, kepribadian terdiri dari kecendrungan – kecendrungan yang tersusun secara herarkis dari yang paling rendah (misalnya reflex ) sampai yang paling tinggi ( misalnya akal ). Semua kecenderungan – kecenderungan itu memiliki sejumlah energy tertentu yang bersumber dari sumber – sumber fisiologis, psikologis. Dan juga dari keturunan. Energi – energy itu kalau di aktifkan akan membuat suatu kecendrungan menjadi tingkah laku. Kecenderungan dari tingak yang rendah biasanya mempunyai energy yang lebih besar dari kecendrungan tingkat tinggi. Karena itu kecenderungan tingkat rendah lebih mudah teransang ( lebih peka ) dan lebih cepat melepaskan energy – energinya dalam jumlah besardari pada kecendrungan tingkat tinggi yang hanya bias melepaskan energinya sebagian – sebagian. Banyak sedikitnya energi yang bias dibebaskan pada kecendrungan tertentu akan memberikan tingkat ketegangan ( tension ) tertentu pada individu yang bersangkutan. Tingkat ketegangan ini menurut Janet adalah indikasi untuk menetapkan klasifikasi kelainan keperibadian.
 
Orang – orang normal biasanya bias mempertahankan energy – energy dan kecendrungan tingkat rendah sampai pada batas tertentu dan dapat melepaskanlebih banyak energy pada kecendrungan tingkat yang lebih tinggi. Seorang psikoneurotis adalah orang yang terlalu banyak mempertahankan energy pada tingkat kecendungan yang rendah, sehingga terjadi ketegangan pada tingkat itu. Kalau energy pada tingkat yang rendah terlalu banyak dilepas dan kecendrungan pada tingkat akal terlalu banyak di pertahankan energinya, maka orang yang bersangkutan adalah psikopat.
 
Teori strata dari janet ini dapat di perbandingkan dengan teori id-ego-super ego yang di kemukakan oleh Freud, sedangkan energi energinya Janet dapat disamakan dengan dorongan dorongan ( seksual dan agresi ) pada Freud.
 
Karya karya Janet lainnya : L’automatisme ( 1889 ),L’etat mental des hysteriques ( 1892 ), Les obsession et la psychasthenie ( 1903 ), dan nevroses ( 1909 ).
 
Sigmund Freud ( 1856 – 1939 ) : Freud adalah seorang Jerman keturunan Yahudi, dilahirkan pada tanggal 6 mei 1856 di Freiberg, dan pada masa bangkitnya Hitler, ia harus melarikan diri ke Inggris dan meninggsl di London pada tanggal 23 September 1939.
Tokoh pendiri psikoanalisa atau disebut juga aliran Psikologi Dalam ( dept psychology ) ini secara skematis menggambarkan jiwa sebagai gunung es. Bagian yang muncul di permukaan air adalah bagian yang terkecil, yaitu puncak dari gunung es itu sendiri, yang dalam hal kejiwaan adalah bagian kesadaran ( consciousness ). Agak dibawah permukaan air adalah bagian yang di sebut prakesadaran ( sub consciousness atau preconscioness ). Isi dari prakesadaran ini hal hal yang sewaktu waktu dapat muncul ke kesadaran. Dorongan dorongan ini mendesak terus ke atas, sedangkan tempat di atas sangat terbatas sekali. Tinggallah “ego” ( aku )yang memang menjadi pusat dari kesadaran yang harus mengatur dorongan dorongan mana yang harus tetap tinggal di ketidaksadaran. Sebagian besar dari dorongan dorongan yang berasal dari ketidaksadaran ini memang harus tetap tinggal di dalam ketidaksadaran, tetapi mereka ini tidak tinggal diam, melainkan mendesak terus dan kalau “ego” tidak cukup kuat menahan desakan ini akan terjadilah kelainan – kelainan kejiwaan seperti psikoneurose atau psikose. Dorongan – dorongan yang terdapat dalam ketidaksadaran sebagian adalah dorongan – dorongan yang sudah ada sejak manusia lahir, yaitu dorongan seksual dan dorongan agresi, sebagian lagi berasal dari pengalaman masa lalu yang pernah terjadi pada tingkat kesadaran dan pengalaman itu bersifat traumatis ( menggoncangkan jiwa ), sehingga perlu di tekan dan dimasukan dalam ketidaksadaran. Segala tingkah laku manusia menurut Freud, bersumber pada dorongan – dorongan yang terletak jauh di dalam ketidaksadaran, karena itu psikologi Freud di sebut juga Psikologi Dalam ( depth psychology ). Selain itu teori Freud disebut juga sebagai Psikodinamik (dynamic psychology ), karena ia menekankan kepada dinamika atau gerak mendorong dari dorongan – dorongan dalam ketidaksadaran itu ke kesadaran. Perbedaan psikodinamika dari Freud psikodinamika dari Lewin adalah bahwa Freud lebih mementingkan gerakan dorongan – dorongan dalam diri, sedangkan Lewin lebih menekankan gerakan kekuatan – kekuatan di luar diri ( obyek – obyek di lingkungan ) yang saling tarik menarik karena masing – masing mempunyai nilai positif atau negative terhadap individu, sekalipun sebenarnya Lewin mengakui pula adanya dinamika dalam diri individu yang di sebabkan oleh kekuatan – kekuatan dari unsure – unsure yang ada dalam diri individu tersebut ( misalnya motivasi ).
Teori psikoanalisa dari Freud dapat berfungsi sebagai tiga macam teori,yaitu :
Sebagai teori keperibadian
Sebagai teknik analisa keperibadian
Sebagai metode terapi ( penyembuhan )
Sebagai teori keperibadian, psikoanalisa mengatakan bahwa jiwa terdiri dari tiga system yaitu : id ( es ), superego ( uber ich) dan ego ( ich ). Id terlatak dalam ketidaksadaran. Ia merupakan tempat dari dorongan- dorongan primitive, yaitu dorongan dorongan yang belum di bentuk atau dipengaruhi oleh kebudayaan, yaitu dorongan untuk hidup dan mempertahankan kehidupan ( life instinct ) dan dorongan untuk mati ( death instinct ). Bentuk dari dorongan hidup adalah seksual atau disebut juga libido dan bentuk dari dorongan mati adalah agresi, yaitu dorongan yang menyebabkan orang lain ingin menyerang orang lain, berkelahi atau berperang atau marah. Prinsip yang di anut oleh id adalah prinsip kesenangan ( pleasure principle ), yaitu bahwa tujuan dari id adalah memuaskan semua dorongan primitive ini.
Super ego adalah suatu system yang merupakan kebalikan dari id. Sistem ini sepenuhnya di bentuk oleh kebudayaan. Seorang anak pada waktu kecil mendapat pendidikan dari orang tua dan melalui pendidikan itulah ia mengetahui mana yang baik, mana yang burk, mana yang boleh dilakukan dan mana yang dilarang, mana yang sesuai dengan norma masyarakat , mana yang melanggar norma. Pada waktu anak itu menjadi dewasa, segala norma- norma yang diperoleh melalui pendidikan itu menjadi pengisi dari system superego, sehingga superego berisi dorongan – dorongan untuk berbuat kebaikan, dorongan untuk mengikuti norma – norma masyarakat dan sebagainya. Dorongan – dorongan atau energy yang berasal dari superegoini akan berusaha menekan dorongan yang timbul dari id, karena dorongan dari id yang masih primitive ini tidak sesuai atau tidak bias di terima oleh super ego. Disinilah terjadi tekan menekan antara dorongan – dorongan yang berasal dari id dan superego. Kadang – kadang superego-lah yang menang, kadang – kadang id lah yang lebih kuat. Disini pula Nampak teori Psikodinamika Freud.\
Ego adalah system dimana kedua dorongan dari id dan superego beradu kekuatan. Fungsi ego adalah menjaga keseimbangan antara kedua system lainnya, sehingga tidak terlalu banyak dorongan dari id yang dimunculkan ke kesadaran, sebaliknya tidak semua dorongan superego saja yang dipenuhi. Ego sendiri tidak mempunyai dorongan atau energy. Ia hanya menjalankan prinsip kenyataan ( reality principle ), yaitu menyesuaikan dorongan – dorongan id atau superego dengan kenyataan di dunia luar. Ego adalah satu – satunya system yang langsung berhubungan dengan dunia luar, karena itu ia dapat mempertimbangkan factor kenyataan ini. Ego yang lemah tidak dapat menjaga keseimbangan antara superego dan id. Kalau ego terlalu dikuasaioleh dorongan –dorongan id saja, maka orang tersebut akan menjadi PSIKOPAT ( tidak memperhatikan norma – norma dalam setiap tindakannya), kalau orang itu terlalu dikuasai oleh superegonya, maka orang itu akan menjadi psikoneurose ( tidak dapat menyalurkan sebagian dari dorongan – dorongan primitifnya ). Disini nampak persamaan teori Freud dengan teori Sastra dari Pierre Janet.
Selanjutnya Freud mengatakan bahwa untuk menyalurkan dorongan – dorongan primitifnya yang tidak bias dibenarkan oleh superego, ego mempunyai cara cara tertentu yang disebut sebagai mekanisme pertahanan ( defense mechanism ). Mekanisme pertahanan ini gunanya untuk melindungi ego dari ancaman dorongan primitive yang mendesak terus karena tidak di ijinkan muncul oleh superego.
9 Mekanisme pertahanan yang dikemukakan oleh Sigmund Freud :
REPRESI
Suatu hal yang pernah di alami dan menimbulkan ancaman bagi ego di tekan masuk ke ketidaksadaran dan disimpan disana agar tidak mengganggu ego lagi. Perbedaannya dengan proses lupa adalah bahwa dalam lupa hal yang dilupakan itu hanya di simpan dalam bawah sadar dan sewaktu – waktu akan muncul kembali, sedangkan pada represi ( repression ) hal yang di repress tidak dapat dikeluarkan ke kesadaran dan disimpannya dalam ketidaksadaran. Contoh represi  : seorang pemuda berjalan – jalan dengan pacarnya. Ditengah jalan mereka bertemu denga pemuda lain yang mengaku kawan lama pemuda pertama. Mereka mengobrol lama, tetapi pemuda pertama tidak bias mengingat siapa sebenarnya pemuda kedua itu, dan seolah – olah lupa ia tidak memperkenalkan pacarnya pada pemuda kedua. Dari pemeriksaan yang dilakukan kemudian, ternyata bahwa beberapa tahun yang lalu pemuda kedua pernah merebut kekasih pemuda pertama dan peristiwa ini dianggap sangat menyakitkan hati pemuda pertama dan untuk melepaskan egonya darin kesakitan hati itu, maka pemuda pertama menekan pengalaman ini ke dalam ketidaksadarannya. Bahwa pengalaman yang sudah disimpan dalam ketidak sadarannya itu masih punya pengaruh tidak langsung terhadap tingkah laku, Nampak dalam peristiwa perjumpaan dengan pemuda tersebut di atas.
PEMBENTUKAN REAKSI ( REACTIION FORMATION )
Seseorang bereaksi justru sebalinknya dari yang dikehendakinya demi tidak melanggar ketentuan dari superego. Misalnya seorang ibu membenci anaknya, karena anak ini hamper merenggut jiwanya waktu ibu itu melahirkan. Ibu ini ingin sekali membunuh anaknya ( dorongan agresi ), tetapi superego tidak membenarkan perbuatan itu. Karena itu, ibu ini bertindak sebaliknya, yaitu sangat menyayangisecara berlebih – lebihan terhadap anak. Sebagai akibat dari kasih saying yang berlebih – lebihan itu, maka anak juga menderita, karena ia serba terkekang dan serba di larang.
PROYEKSI ( PROJECTION )
Karena superego seseorang melarang ia mempunyai suatu perasaan atau sikap tertentu terhadap orang lain, maka ia berbuat seolah – olah orang lain itu lah yang punya sikap atau perasaan tertentu terhadap dirinya. Misalnya A membenci B.  Tetapi superegonya melarang A membenci B ( misalnya karena B adalah atasannya ), maka A mengatakan bahwa B lah yang membenci dirinya.
PENEMPATAN YANG KELIRU ( DISPLACEMENT )
Kalau seseorang tidak bias melampiaskan perasaan tertentu terhadap orang lain karena hambatan dari superego, maka ia akan melampiaskan perasaan tersebut kepada pihak ketiga. Misalnya, A tidak senang karena dimarahi  B, tetapi A tidak dapat marah kembali kepada B karena B adalah atasannya, maka kemarahannya ini dilampiaskan kepada C yang bawahan dari A.
RASIONALISASI ( RATIONALISATION )
Dorongan – dorongan yang sebenarnya dilarang oleh superego dicarikan penalaran sedemikian rupa, sehingga seolah – olah dapat di benarkan. Misalnya menurut superego A sebenarnya tidak boleh memukul B, tetapi A tetap memukul B dan memberi alasan bahwa hal itu dilakukan untuk mendidik B atau agar B diwaktu yang akan dating bias bertingkah laku yang lebih baik.
SUPRESI ( SUPRESSION )
Supresi adalah juga menekan sesuatu yang dianggap membahayakan ego ke dalam ketidak sadaran. Tetapi berbeda dengan represi, maka hal yang ditekan dalam supresi adalah hal – hal yang datang dari ketidaksadaran sendiri dan belum pernah muncul ke dalam kesadaran. Dorongan Oedipoes Complex misalnya, yaitu dorongan seksual dari anak laki – laki terhadap ibunya yang menurut Freud terdapat pada setiap anak, biasanya tidak pernah dimunculkan dalam kesadaran karena bertentangan dengan superego atau norma – norma yang berlaku dalam masyarakat. Karena itu orang umumnya mensupresi Oedipoes Complex itu dalam ketidaksadaran.
SUBLIMASI ( SUBLIMATION )
Dorongan – dorongan yang tidak dibenarkan oleh superego tetap dilakukan juga dalam bentuk yang lebih sesuai dengan tuntutan masyarakat. Misalnya dorongan agresi untuk membunuh orang lain yang sebenarnya tidak di benarkan oleh superego tetap dilakukan dengan alas an peperangan; berdansa adalah sublimasi dari dorongan seksual; bertinju adalah olahraga yang merupakan sublimasi dorongan – dorongan agresi.
KOMPENSASI ( COMPENTATION )
Usaha untuk menutupi kelemahan di salah satu bidang atau organ dengan membuat prestasi yang tinggi di organ lain atau bidang lain. Dengan demikian, maka ego terhindar dari ejekan atau rasa rendah diri. Misalnya seorang gadis yang kurang cantik tidak berhasil menarik perhatian orang, tetapi ia belajar tekun sekali sehingga walaupun ia gagal menarik perhatian orang dengan kecantikannya ia tetap memperoleh kepuasan karena orang mengagumi kepandaiannya.
REGRESI ( REGRESSION )
Untuk menghindari kegagalan – kegagalan atau ancaman terhadap ego, individu mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah, misalnya ia menjadi kekanak – kanakan kembali. Misalnya orang yang sudah memasuki usia tua, takut menghadapi ketuaan, maka ia menjadi kekanak – kanakan kembali.
Dalam teori psikoanalisa sebagai teori keperibadian Freud selanjutnya mengatakan bahwa pada setiap orang terdapat seksualitas kanak – kanak ( infantile sexuality ), yaitu dorongan seksual yang sudah terdapat sejak bayi. Dorongan ini akan berkembang terus menjadi dorongan seksual pada orang dewasa, melalui beberapa tingkat perkembangan, yaitu:
Fase oral (= mulut ): pada fase ini kepuasan seksual terutama terdapat disekitar mulut. Perbuatan bayi menyusu pada ibunya atau memasukan benda – benda kedalam mulutnya adalah dalam rangka mencapai kepuasan seksual fase oral ini.
Fase anal ( = anus ): pada usia kira – kira dua tahun, daerah kepuasan seksual berpindah ke anus dan anak mendapatkan kepuasan dengan menikmati duduk di pispot sampai berlama lama.
 Fase phallic: terdapat pada anak berusia 6-7 tahun. Kenikmatan seksnya terdapat pada alat kelamin, tetapi berbeda dengan kepuasan seks orang dewasa, pada fase ini kepuasan yang di peroleh dari aktifitas seksual belum dihubungkan dengan tujuan pengembangan keturunan.
Fase latent: mulai anak berusia7 atau 8 tahun sampai ia menginjak masa remaj, seolah – olah tidak aktivitas seksual. Karena itu masa ini disebut fase latent ( = tersembunyi ).
Fase genital: dimulai sejak masa remaja, segala kepuasan seks terutama berpusat pada alat – alat kelamin.
Psikoanalisa disamping sebagai teori keperibadian, dapat pula berfunsi sebagai teknik analisa keperibadian. Untuk dapat menerangkan suatu gejala psikoneurose misalnya,agar dapat diusahakan penyembuhan terhadap penderita yang bersangkutan, maka perlu dianalisa terlebih dahulu kepribadian penderita yang bersangkutan. Dalam analisa ini umumnya digunakan dua dua cara pendekatan, yaitu pertama – tama melihat dinamika dari dorongan – dorongan primitive ( khususnya libido ) terhadap ego dan bagaimana superego menahan dorongan – dorongan primitive itu. Selanjutnya perlu dilihat apakah ego bisa mempertahankan keseimbangan antara kedua dorongan yang saling menekan itu? Kalau ego tidak bisa memperoleh keseimbangan , maka perlu diteliti apa yang menyebabkan lemahnya ego itu. Pendekatan kedua adalah pendekatan sejarah kasus ( case history ), terutama untuk melihat fase – fase perkembangan dorongan seksual apakah berjalan wajar, apakah ada hambatan – hambatan dan kalau ada di fase mana mulai terjadi hambatan itu.
Teknik – teknik yang dipergunakan dalm menganalisa kepribadian selanjutnya dipergunakan juga sekaligus sebagai teknik psikoterapi, karena pada prinsipnya psikoanalisa mengakui bahwa kalau factor penyebab yang tersembunyi di dalam ketidaksadaran sudah bias di ketahui dan di bawa ke kesadaran, maka penderita dengan sendirinya akan sembuh. Sebagai seorang murid charcot, Freud masih berpendirian sama dengan charcot, yaitu bahwa penyakit ( biasanya psikoneurose ) umumnya dapat disembuhkan setelah factor penyebab dalam ketidaksadaran dapat di ketahui. Teknik untuk menganalisa keperibadian pada charcot adalah dengan teknik hipnose, yaitu menurunkan ambang kesadaran sehingga sampai pada tingkat ketidaksadaran dan selanjutnya dokter mengexplorasi ketidaksadaran selama pasien dalam keadaan dihipnose ini. Menurut Freud, teknik hipnose ini hasilnya tidak akan bertahan lama, karena bila penderita sudah sadar kembali dari hinose , maka kesadarannya akan menutupi kembali ketidaksadarannya dan dorongan yang berasal dari ketidaksadaran itu akan tetap berada dalam ketidaksadaran dan akan terus mengganggu dalam bentuk neurose. Karena itu freud lebih menyukai teknik psikoanalisa, yaitu penderita secara sadar dan sepenuhnya di ajak untuk meng eksplorasi ketidak sadarannya. Salah satu tekniknyaadalah analisa mimpi ( traumdeutung ). Penderita disuruh menceritakan mimpi- mimpi itu kemudian di coba dianalisa. Freud percaya bahwa dorongan – dorongan primitive, maupun hal – hal yang di represi, yang tidak dapat muncul dalam kesadarandapat memunculkan dirinya dalam bentuk symbol – symbol dalam mimpi. Karena itu dengan menganalisa mimpi Freud mengharapkan bias mengetahui dinamika kepribadian penderita yang bersangkutan. Teknik yang lain adalah membiarkan penderita bicara sendiri sebebasnya dengan menggunakan asosiasi bebas ( free association ). Dalam teknik ini penderita yang disuruh berbaring, serileks mungkin diminta untuk mengasosiasikan kata – katayang di ucapkannya sendiri atau kata – kata yang dilontarkan oleh dokter yang memeriksa, dengan kata – kata yang pertama kali muncul di ingatannya. Dengan teknik ini, freud mengharapkan dapat menjajagi isi ketidaksadaran dari penderita yang bersangkutan.